RUNGKUT - PT Kedawung Subur mengaku sebagai perusahaan yang "memasok" sampah beling dan limbah lain di RW IV Kelurahan Gunung Anyar, Kecamatan Gunung Anyar. Tapi, pembuangan tersebut melibatkan pihak ketiga.
"Memang itu dari kami. Namun, bukan kami yang membuang ke sana. Pihak ketiga yang meminta sampah kami tersebut," jelas Syaifuddin, staf khusus manajemen PT Kedawung Subur. Meski demikian, PT Kedawung Subur tidak akan lepas tangan dari permasalahan itu.
Sampah-sampah tersebut terdiri atas sampah domestik (sampah biasa yang berasal dari kegiatan pabrik) dan endapan lumpur pasir kuarsa yang bercampur beling.
Pasir kuarsa adalah bahan baku pembuatan gelas dan perkakas kaca. Sebelum dibentuk, pasir tersebut dibilas. Lumpur sisa bilasan itulah yang turut dibuang ke Gunung Anyar.
Syaifuddin menuturkan, PT Kedawung Subur sudah didatangi Badan Lingkungan Hidup (BLH). Bila memang akhirnya disalahkan, perusahaan tersebut akan menerima.
Menurut Syaifuddin, saat ini PT Kedawung Subur sudah menghentikan pembuangan sampah ke daerah yang dikeluhkan warga itu. Sementara ini, sampah domestik maupun endapan lumpur yang dihasilkan pabrik masih ditampung di lahan sendiri.
"Kami akan konsultasikan masalah pembuangan tersebut dengan BLH dan DKP (dinas kebersihan dan pertamanan, Red). Setelah itu, sampah-sampah domestik di lokasi Gunung Anyar akan dipindah ke Benowo," papar alumni ITS tersebut.
Apakah PT Kedawung Subur siap dipolisikan bila terbukti membuang limbah yang beracun dan berbahaya? Syaifuddin yakin bahwa sampah yang dihasilkan perusahaannya tidak memiliki kadar berbahaya sedikit pun. "Kami membilas pasir kuarsa tidak dengan campuran apa pun. Murni air. Kami yakin bahwa tidak ada pencemaran yang berbahaya," tegas pria asal Bangkalan, Madura, itu.
Kapolsek Rungkut AKP Naufil Hartono menyatakan baru saja mendengar soal pencemaran tersebut. "Kami baru bisa menindak kalau ada laporan gangguan dari warga maupun laporan dari BLH," katanya ketika ditemui di kantornya kemarin.
Syaifuddin mengungkapkan, pembuangan sampah di Gunung Anyar dilakukan sejak sepuluh tahun lalu. Saat itu, belum banyak permukiman penduduk di daerah tersebut. (rio/c12/ttg)
0 comments:
Post a Comment