Pages

Powered by Blogger.
 
Tuesday, June 29, 2010

PIOS Siap Tampung Pedagang Koblen, Peneleh, dan Pasar Lainnya

PIOS Siap Tampung Pedagang Koblen, Peneleh, dan Pasar Lainnya
SURABAYA - Pasar Induk Osowilangun Surabaya (PIOS) tidak hanya menampung pedagang yang berasal dari Keputran. Pasar itu juga siap menampung pedagang yang berasal dari Koblen, Peneleh, dan pasar lainnya. Bahkan, ada sebagian di antara mereka yang masuk PIOS sejak April lalu.

Kepala PIOS Tri Prayitno menyatakan, pasar induk yang berjarak sekitar 200 meter dari Terminal Osowilangun tersebut sangat siap menampung pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini berjualan di Jalan Koblen. Di antara 822 lapak, 205 disiapkan untuk pedagang buah. "Yang lainnya dipakai untuk pedagang sayur," jelasnya.

Tri mengungkapkan, baru 12 pedagang yang mengisi lapak di PIOS. Masih banyak lapak yang belum terisi. Menurut dia, 12 pedagang buah yang sudah menempati lapak itu berasal dari Koblen, Cepu, dan Peneleh. Mereka memilih untuk pindah ke PIOS agar bisa berjualan dengan tenang.

Menurut pria asli Surabaya tersebut, saat pemerintah kota berencana untuk menertibkan PKL yang berjualan di Keputran, Peneleh, Koblen, dan pasar lainnya, ada pedagang Koblen yang mulai masuk ke PIOS. Sebelum ada penertiban, mereka pindah dari tempat berdagang yang tidak resmi itu.

Tri menjelaskan, ada juga pedagang Koblen yang sudah mendaftar, namun belum masuk ke PIOS. Mereka masih menunggu kepastian penertiban. Kalau pemkot betul-betul menertibkan, mereka pasti pindah ke PIOS. Dia berharap, pedagang yang sudah mendaftar bisa langsung menempati lapak yang disediakan. Pedagang yang belum mendaftar bisa langsung mendaftar di PIOS.

Banyak keuntungan yang akan didapatkan pedagang jika bergabung dengan PIOS. Di antaranya, pedagang bisa mendapatkan informasi dan jejaring perdagangan dengan pasar induk di luar kota. "Kalau ada informasi penting, kami akan menyampaikan kepada pedagang," terangnya. Informasi tersebut sangat penting bagi pedagang. Contohnya, jika harga jeruk di Surabaya jatuh karena terlalu banyak pasokan, buah tersebut bisa dijual di pasar induk lain.

Umbar Rifai, salah seorang pedagang Koblen, mengungkapkan beberapa kali menyurvei PIOS. Menurut dia, sarana di pasar induk tersebut sangat memadai. Lingkungannya sangat bersih. Sarananya juga lengkap. "PIOS sangat cocok untuk pedagang grosir," katanya.

Dia juga tertarik untuk pindah ke pasar induk itu. Dia masih menunggu keputusan pedagang lain. Jika, banyak pedagang Koblen yang pindah, dia juga akan pindah ke PIOS.

Pedagang Rayu Aparat

Polwiltabes bersama pemkot menepati janji untuk mensterilkan kawasan Koblen sisi utara kemarin (11/6). Namun, penertiban pedagang kaki lima (PKL) Koblen itu lebih terlihat sebagai operasi biasa saja. Sebab, pedagang berhasil merayu aparat untuk tidak menertibkan secara fisik setelah meyakinkan akan membongkar sendiri.

Setelah meluluskan permintaan pedagang, Kabag Bina Mitra Polwiltabes Surabaya AKBP Sri Setyo Rahayu lantas menerapkan model operasi mirip pedagang Keputran. Yakni menutup akses sisi timur dan barat menuju Jalan Koblen dan Pawiyatan degan 300 personel. Tujuannya ialah menghalau kendaraan yang membawa barang dagangan ke Koblen, baik sisi utara maupun selatan.

Yayuk -panggilan Sri Setyo Rahayu- beralasan, yang dilakukannya merupakan pendekatan model persuasif humanis. Dia yakin cara tersebut dapat menggugah kesadaran para PKL. "Toh, kami sudah menyosialisasikan penertiban ini sejak lama. Yang pasti, besok pagi (pagi ini, Red) kawasan Koblen sisi utara harus bersih," tegas Yayuk.

Pedagang sebelumnya juga berhasil membuat petugas penertiban melangkahkan kaki ke luar pasar buah. Itu terjadi setelah para pedagang meyakinkan petugas bahwa mereka tidak bisa membongkar lapak lantaran masih banyak buah yang belum laku. Kemarin, dari 16 lapak yang ada, hanya sekitar empat orang yang masih memiliki stok buah. "Besok (hari ini, red) deadline terakhirnya," tandas Yayuk.

Selain itu, penertiban nonfisik tersebut diwarnai aksi protes pedagang sisi utara. Mereka mengeluh kepada Yayuk karena sisi selatan tidak ikut ditertibkan. Pedagang menganggap hal itu bisa memicu konflik antar pedagang. "Tidak adil namanya kalau sisi selatan masih dibiarkan," cetus Umbar Rifai, wakil pedagang.

Lebih lanjut dia menjelaskan, sejatinya pedagang sudah siap membongkar lapaknya. Namun, saran polwiltabes agar hari ini dibongkar, tampaknya, tidak akan berjalan lancar. Sebab, pedagang menyatakan bakal mempertimbangkan hal tersebut. Mereka baru mau membongkar jika sisi selatan juga ditertibkan. "Kalau bisa setelah Lebaran. Saya jamin setelah itu pasti kami pindah sendiri," tandasnya.

Menanggapi hal tersebut, Yayuk mengatakan, nanti tidak akan ada toleransi. Sebab, sisi selatan harus menunggu pengukuran ulang oleh BPN. Namun, dia menjanjikan bahwa jalan itu nanti benar-benar bersih dari pedagang buah. Dia juga tidak tahu pasti kapan pengukuran bisa dilakukan.

Yayuk menambahkan, penertiban Koblen akan menjadi pintu pembuka penertiban pasar liar lainnya. Salah satu yang dibidik setelah Koblen adalah Pasar Peneleh. Sejatinya, kata Yayuk, pedagang tidak usah terlalu khawatir. Sebab, pemkot tetap memberikan solusi agar mereka bisa berjualan. "Mereka bisa masuk ke pasar tradisional atau PIOS (Pasar Induk Osowilangun Surabaya, Red)," tuturnya.

Terpisah, Wali Kota Bambang D.H. mengatakan, penertiban sudah menjadi bagian dari program pemkot. Setelah Koblen, penertiban akan segera berlanjut ke Peneleh. "Terkait dengan timing, yang tahu persis satpol PP dan polwil," ujarnya. Bambang senang karena penertiban sudah dilanjutkan.

Soal Koblen sisi selatan, Bambang mengungkapkan pernah mendengar bahwa lahan tersebut milik perseorangan yang kemudian digunakan untuk berjualan. "Tapi, yang pasti akan dikembalikan sesuai dengan peruntukan, yaitu jalan," tuturnya. (lum/gun/dim/c9/kit)

 

0 comments:

Post a Comment

Updates Via E-Mail

Labels