Kebaikan itulah yang masih dikenang oleh Indah dan rekan-rekan. Bahkan, guru ekonomi tersebut merasa sangat kehilangan ketika sahabatnya itu meninggal. ''Kami sedih sekali karena ditinggal pergi,'' imbuh Sida.
Maklum, almarhumah sebelumnya menderita sakit. Selama delapan bulan mereka menemani Djauharini. ''Meski sakit, dia tetap mengajar ke sekolah,'' katanya.
Hal itulah yang menjadikan para sahabatnya salut. Mereka kagum dengan semangat yang dimiliki guru bahasa inggris tersebut. Meski sedang sakit keras, dia tetap memikirkan nasib murid-muridnya. ''Saat dia meninggal, kami juga mengantar sampai ke makam,'' ujar wanita 55 tahun itu.
Sida menambahkan, di keompok sahabat tersebut, masing-masing memiliki keunggulan. Mereka saling melengkapi satu dan lainnya. Sida, misalnya, ahli membuat kerajinan. Mariana yang paham ilmu agama sering menjadi ustadah bagi mereka. Sedangkan Indah yang senang menulis sering berbagi cerita dan pengalaman. ''Kalau tentang kesehatan, tanyanya ke Bu Pudji,'' tutur Mariana. (may/c10/nda)
0 comments:
Post a Comment