Bahkan, sudah puluhan tahun bapak tiga anak itu dipercaya sebagai ketua rukun warga (RW). Sebelum menduduki jabatan tersebut, dia pernah menjadi ketua rukun tetangga (RT).
Menurut Sartono, menekuni kegiatan di sekitar rumah membuat seseorang terbebas dari post power syndrome. Hal itu telah dibuktikannya. Pada 1995 dia menerima pemberitahuan pensiun. Dia tidak bisa menerima kenyataan tersebut. "Waktu itu saya sakit. Sakit betul, sakit," tuturnya sambil memegang dada. Bukan dampak ekonomi yang dipikirkannya. Sebab, sebagai dokter dia masih mampu menghidupi keluarga dari praktik. "Saat itu, saya berpikir nanti orang tidak hormat lagi," ujar pria kelahiran Jakarta tersebut. Dia berencana hendak mengajukan perpanjangan status sebagai pegawai, tidak digaji pun tidak masalah. Yang penting dia tetap memakai seragam dinas.
Seiring dengan waktu, pelan-pelan kakek enam cucu itu menerima dan membiasakan diri dengan keadaannya yang baru. Aktivitas sehari-hari pun disesuaikan dengan agenda baru. Pagi aktif praktik di klinik, sore berada di rumah. Sartono sadar, sudah waktunya dia kembali ke masyarakat. (may/c8/nda)
0 comments:
Post a Comment