G-Mobile GS38 mempunyai tampilan fisik ala Nokia E71. Spesifikasinya, antara lain, buku telepon 200 nama multiple entry, kamera VGA, perekam video, black list 20 nomor, dan radio FM.
Bluetooth ponsel dual on GSM-GSM tersebut dapat difungsikan layaknya tetikus bluetooth. Dengan pengaturan sederhana, pengguna GS38 bisa mengendalikan komputer secara nirkabel hanya dengan menekan keypad ponsel.
Dua aplikasi berbasis Java, eBuddy dan Opera Mini, sudah diinstalasikan. Kapasitas memori internal GS38 hanya 244,5 KB. Karena itu, idealnya, pengguna menambahkan kartu microSD ke slot yang tersedia.
Di sisi kiri bodi ponsel berharga jual Rp 560 ribu itu terdapat sebuah konektor mini USB. Ia berfungsi sebagai konektor charger, kabel data, dan handsfree. Ada cara lain untuk mengisi ulang baterai GS38. Kalau pengguna memiliki charger Nokia dua mm alias colokan bundar kecil, tancapkan saja ke bagian bawah bodi ponsel. Baterai ponsel itu dapat pula ditukarpakaikan dengan baterai BL-4C keluaran Nokia.
Sisi unik GS38, paket penjualannya termasuk flip case yang dilengkapi dengan baterai internal. Jadi, kala flip case itu dipasangkan, ponsel akan lebih aman dari goresan sekaligus memperoleh sumber tenaga tambahan. Ibaratnya, satu ponsel menggunakan dua baterai.
Hal kurang menarik dari ponsel tersebut ialah tampilan layar terlihat kurang optimal. Seolah ada efek bayangan di layar GS38. Sajian layar akan tampak lebih fokus bila pengguna menutup sebelah mata atau layar diputar 90 derajat.
Sekadar intermeso, walaupun G-Mobile adalah merek baru, PT Bimasakti Usindo Persada (BUP) sebagai "orang tua" G-Mobile bukanlah pemain baru di bisnis seluler. Tanpa sadar, amat mungkin pengguna ponsel di Indonesia sebenarnya pernah berhubungan dengannya. Sebab, pada 17 tahun lalu, BUP pernah ditunjuk menjadi distributor Satelindo yang kini menjelma menjadi Indosat. Perusahaan yang sama terlibat dalam distribusi ponsel Ericsson, Nokia, produk Telkomsel, dan pengembangan 268 gerai Global Teleshop. (Herry S.W./c10/tia)
0 comments:
Post a Comment