harus di populerkan kepada para peternak sebab  Indonesia dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya, mempunyai potensi  yang sangat besar untuk menyediakan obat alami untuk ternak,  mengingat banyak tumbuhan obat yang tumbuh dengan baik. Sejak jaman  dulu bangsa Indonesia telah mengenal tumbuhan obat dan memanfaatkannya  untuk menjaga kesehatan hewan ternak dan obat alami   penyakit hewan ternak seperti kambing dan sapi.  Pemanfaatan tumbuhan obat tersebut diperoleh berdasarkan empirik dan  pengalaman yang diturunkan dari nenek moyang kita.
Salah satu tumbuhan obat yang berpotensi  besar namun belum banyak dilirik dan dikembangkan sebagai komoditas  unggulan adalah daun katuk (Sauropus  androgynus).
Komposisi Gizi Daun Katuk
Daun katuk kaya  akan besi, provitamin A dalam bentuk ?-carotene, vitamin C, minyak  sayur, protein dan mineral lainnya.
Daun katuk tua  terkandung air 10,8%, lemak 20,8%, protein kasar, 15.0%, serat kasar  31,2%, abu 12,7%, dan BETN 10.2%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam  tepung daun katuk mengandung air 12%, abu 8,91%, lemak  26,32%, protein 23,13%, karbohidrat 29,64%, ?-carotene (mg/100 g)  165,05 dan energi (kal) 134,10.
Daun Katuk sebagai Antikuman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun  katuk juga mempunyai sifat antikuman dan antiprotozoa.
Daun katuk diekstrak  dengan air panas mampu menurunkan jumlah Salmonella sp., Escherichia  coli dan Streptococcus sp, tetapi tidak menurunkan jumlah  Bacillus subtilis dan Lactobacillus sp. pada kotoran  ayam broiler. Bahkan pada level pemberian 1,5 g/l air ekstrak tersebut  mampu meningkatkan jumlah Lactobacillus sp dan Bacillus  subtilis. Lactobacillus sp merupakan salah satu mikrobia  efektif, yang mempunyai peranan penting dalam kesehatan baik pada  manusia, hewan ternak maupun tumbuhan.
Kotoran hewan ternak  yang banyak mengandung  Lactobacillus sp. ini merupakan bahan  pupuk organik yang sangat baik serta dapat memperbaiki struktur tanah.  Mereka juga dapat memperbaiki produktivitas tanaman. Selain itu, mereka  mempunyai peranan penting dalam menurunkan logam berat pada suatu bahan.
Pemberian ekstrak daun katuk  sebesar 18 g/kg ransum juga menurunkan jumlah Salmonella sp  dan Escherichia coli pada daging ayam broiler.  Penurunan Salmonella sp. baik pada daging dan kotoran hewan  ternak merupakan indikasi bahwa tingkat  kontaminasi produk olahan  hewan ternak dapat ditekan dengan pemberian  ekstrak daun katuk. Dengan demikian, kemungkinan konsumen  terkena penyakit akibat mengkonsumsi daging menjadi berkurang. Pemberian  ekstrak daun katuk pada ayam petelur juga mampu menekan  jumlah  Salmonella sp., Staphylococcus sp., Escherichia  coli pada kotoran ayam petelur.
Katuk Pelancar ASI
Dari pengalaman empirik, daun katuk  memiliki khasiat memperlancar produksi susu pada hewan. Injeksikan  ekstrak daun katuk kepada kelinci terbukti meningkatkan  produksi air susu. Injeksi ekstrak daun katuk juga mampu  meningkatkan produksi air susu  pada kambing perah sebesar 20%. Injeksi  ekstrak ini tidak mengubah kadar lemak, protein dan bahan kering tanpa  lemak air susu kambing. Pada aktivitas  metabolisme glukosa terjadi peningkatan sebesar lebih dari 50% yang  berarti kelenjar ambing bekerja lebih ekstra untuk mensintesis air susu.
Oleh karena daun katuk kaya akan  Beta-carotene, maka konsumsi daun katuk dalam jumlah tertentu  diduga akan meningkatkan kadar vitamin A dalam susu. Selain itu dapat  memperkaya kadar vitamin C dan mineral terutama zat besi.
Daun Katuk sebagai Antilemak
 Pemberian tepung daun  sebanyak 30 g/kg ransum memberikan akumulasi lemak yang terendah.  Turunnya akumulasi lemak oleh katuk diduga disebabkan oleh zat  aktif yang ada dalam daun katuk. Daun katuk mengandung  flavonoid, saponin dan tanin. Telah diketahui bahwa ketiga zat tersebut  mempunyai khasiat untuk menurunkan akumulasi lemak. Pada daging hewan  ternak
Diperoleh hasil bahwa pada ayam broiler  pemberian ekstrak daun katuk sebesar 18 g/kg ransum selama 28  hari memberikan akumulasi lemak yang paling rendah. Sementara Gusmawati  (2000) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun katuk sebesar 18 g/kg  ransum selama 2 minggu sangat efektif untuk meningkatkan efisiensi   penggunaan pakan dan meningkatkan keuntungan peternak.
Peningkatan Performans Ayam  Pedaging
Ternyata pemberian ekstrak daun katuk  cenderung meningkatkan pertambahan berat badan dan menurunkan konversi  pakan pada hewan ternak. Penurunan konversi pakan dan  peningkatan pertambahan berat badan dapat dijelaskan oleh karena diduga  kandungan tanin dan saponin dalam ekstrak menurun dikarenakan proses  perebusan dalam air panas. Namun demikian, pada level pemberian tertentu  konsumsi pakan hewan ternak masih cenderung turun.
Pada penelitian selanjutnya ekstrak daun  katuk ditambahkan ke dalam pakan hewan ternak komersial  sebanyak 18 g/kg pakan. Pemberian ekstrak daun katuk yang  disuplementasi ke dalam pakan ayam broiler  sebesar 18 g/kg pakan memberikan pertambahan berat badan optimal dengan  konversi pakan terendah. Namun, pemberian ekstrak tersebut menurunkan  konsumsi pakan hewan  ternak. Pemberian ekstrak daun katuk  sebesar 18 g/kg ransum selama 2 minggu dari umur 28-42 hari cenderung  meningkatkan pertambahan berat badan ayam broiler dan  menurunkan konversi pakan atau meningkatkan efisiensi penggunaan pakan  serta memberikan keuntungan yang lebih besar sebanyak RP 278,-/ekor.

0 comments:
Post a Comment